Oleh: adek | Oktober 29, 2007

RONNY RUNDENGAN

“Dek, masa kerja Gw tinggal 3 hari lagi di Pabrik Plastik ini!”, begitu kata Ronny Rundengan kepadaku. Selepas beberapa detik kumendaratkan pantat ke Jok belakang mobil perusahaan yang selalu dikendarainya. Lalu kemudian dilanjut,” Sejak kantor sales masih di Abdul Muis 36B- Tanah Abang, ditahun 1983 sampai pindah ke Cibitung ini. Jadi Gw ngalamin banyak asam garamnya, jaya-jayanya perusahaan percetakan ini”.

“Hallo Pak Ronny Apakabarnya, sepi sekali Pabrik Plastik ini kalok enggak ada pak Ronny”, kataku membalas kalimat-kalimat panjang sapaanya tadi. Lawan bicaraku kali ini memang hobbynya ngobrol, pantas saja temannya banyak.
Kebetulan sejak dari minggu lalu ku mencari kesempatan untuk bisa semobil dengannya. Karena memang sudah mendengar masa pensiunan akan tiba pada akhir bulan ini. Setelah ngobrol panjang lebar dengannya di acara Puncak kemarin mulai dari kerjaan kantor, masalah dirumah, kenalan di jalan, joke-joke gila, pokoknya apa saja jadi obrolan, tau-tau udah adzan subuh aja , rasanya bicara ama bapak yang satu ini waktu yang tersedia selalu kurang….

Ronny begitulah bapak ini di sapa, orangnya ramah tutur kata dan ramah alias rajin menjamah, walau gayanya yang parlente dengan tangan selalu dimasukkan dalam kantong celana.  Tapi lelaki keturunan Menado ini memang unik dalam pergaulannya.
Kami menepikan mobil di POM bensin Cibitung , dia turun dibalik kaca aku mendengar dia sudah berhaha-hihi saja dengan sesama pembeli bahan bakar, selalu ada ada saja bahan untuk dibicarakan.  Mulai dari pentil motor sampai jas hujan yang robek. Lalu petugas POM bensinpun tak luput dari candanya, membuat aku tertarik dan mengeluarkan secarik kertas.  Pikirku nanti akan kutulis tentangnya seperti Pak Rusdi kemarin.

Pensiun disebabkan salah satunya adalah umur yang sudah mencukupi, “Berarti umur Bapak sudah 55 tahun ya, Pak ?”, ternyata dugaanku salah umurnya udah 56 tahun, artinya perusahaan tempatku bekerja masih memperpanjang satu tahun dan itupun artinya Ronny dipandang masih cukup produktif. Setuju sekali jika ada yang menyatakan demikian mengingat jasa beliau yang cukup banyak dalam menarik order untuk bisa di proses ditempatku bekerja. Pernahkan terbayangkan order Bag Obat Sakit Kepala Cap XX, dipesan dalam jumlah belasan Juta bags. Belum lagi cup untuk air meneral yang jumlah itemnya puluhan, semua lewat Ronny.

Berada diujung tombak perusahaan yang digelutinya semenjak masuk Pabrik Plastik, dengan berprofesi sebagai Sales dengan berpedoman untuk menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun, “Luh pasti ngak percaya Dek kalo teman Gw itu dari tukang Rokok sampai pejabat”, katanya.

“Aku percaya pak Ronny, kalo bapak yang ngomong. Cuma aku ngak percaya kenapa lagu dari Radio tape Bapak ini judulnya Kekakasih Gelapnya-Ungu, mana hujan rintik lagi, enggak banget deh pak… “, kataku sambil disambut tawa para penumpang yang lain.

Sayangnya aku segera turun di pemberhentian pertama dari mobil ini, ngak banyak yang bisa kuceritakan lagi. So pastinya bapak yang satu ini TOP Banget Deh, bahasanya juga sederhana, enggak pernah tinggi, sebuah potret ideal seorang Public Relation handal.

Pastinya selepasnya dari pabrik Plastik ini beliau tetap bisa survive seperti biasa.


Tinggalkan komentar

Kategori